Kelenteng Sam Poo Kong - Semarang


Kelenteng Sam Po Kong bukan hanya sekedar Kelenteng sebagai tempat bersembahyang namun Kelenteng Sam Po Kong juga mempunyai nilai sejarah, sehingga Kelenteng Sam Po Kong dijadikan ikon sebagai salah satu wisata sejarah di Jawa Tengah. Sejarah Kelenteng Gedung Batu Sam Po Kong dahulu merupakan sebuah petilasan, yaitu bekas tempat persinggahan dan pendaratan pertama seorang LaksamanaTiongkok bernama Cheng Ho. Di sebut Gedung Batu karena bentuknya merupakan sebuah Gua Batu terletak di bukit berbatu.

Kelenteng Sam Poo Kong Semarang. Berlokasi di sebelah barat daya kota Semarang , tepatnya di daerah Simongan. Jl. Simongan Semarang di bawah naungan Yayasan Kelenteng Sam Poo Kong Gedung Batu. Saat ini , selain berfungsi sebagai tempat ibadah, kawasan Kelenteng Sam Poo Kong Semarang juga menjadi salah satu tujuan wisata lokal di semarang yang menarik banyak minat wisatawan , baik Domestik maupun mancanegara. Pengunjung juga dapat berfoto dengan pakaian ala prajurit Cina di tempat tersebut. 

Cukup dengan membayar uang masuk sebesar Rp 3.000,- kita akan disuguhi pemandangan indah, unik dan kaya akan sejarah. Tapi sayangnya untuk bisa masuk ke bangunan kelenteng kita harus membayar lagi sebesar Rp20.000,- 

Keberadaan Kelenteng Sam Poo Kong Semarang tak lepas dari sosok Laksamana Tiongkok bernama Zheng He. Menurut sejarah, Laksamana Zheng He sedang mengadakan pelayaran menelusuri pantai laut Jawa untuk tujuan politik dan dagang, karena ada awak kapal yang sakit ia memutuskan untuk bersandar terlebih dahulu disebuah desa, yang bernama Simongan Karena merasa nyaman di tempat itu, ia memutuskan untuk beberapa waktu menetap ditempat tersebut. 

Namun karena ia harus melanjutkan perjalanan ia pun meninggalkan tempat tersebut,tapi banyak awak kapalnya yang menikah dengan warga setempat dan menetap di daerah Simongan. Tak heran sampai sekarang daerah Simongan banyak dihuni oleh penduduk keturunan Tiongkok. Untuk mengenang jasa-jasa dari Laksamana Zheng He/Cheng Ho, penduduk setempat mendirikan sebuah Kelenteng disekitar gua tempat dimana ia sering menghabiskan waktu untuk bersemedi, yang akhirnya disebut dengan Kelenteng Sam Poo Kong atau Sam Poo Thay DJin. 

Keberadaan Kelenteng Sam Poo Kong Semarang ini memberikan inspirasi bagi berkembangnya berbagai legenda mengenai Kota Semarang. Tiap tahun bertepatan tanggal 29 Lak Gwee penanggalan Tionghoa, diadakan upacara ritual memperingati hari ulang tahun Sam Poo Tay Djien. 

Kelenteng Sam Poo Kong Semarang terdiri atas sejumlah anjungan. Bangunan pemujaan utama ialah Kelenteng Besar dan gua Sam Po Kong, Kelenteng Tho Tee Kong : tempat – tempat pemujaan Kyai Juru Mudi, Kayai Jangkar, Kyai Cundrik Bumi dan mbah Kyai Tumpeng.Kelenteng Besar dan gua merupakan bangunan yang paling penting di antara semuanya ,dan merupakan pusat seluruh kegiatan pemujaan di komplek tersebut Gua yang memiliki mata air yang tak pernah kering ini dipercaya sebagai petilasan dan dibangun sebagai duplikat tempat yang pernah ditinggali. 

Sam Po Tay Djien ( Zheng Ho ),yang telah roboh. bangunan kelenteng meerupakan bangunan tunggal beratap susun. Berbeda dengan type kelenteng yang ada di Pecinan, kelenteng ini tidak memiliki serambi atau balai gerbang yang terpisah. Pada bagian tengah terdapat ruang pemujaan Sam Po.Gua batu sebagaimana tersebut di atas terdapat di dekatnya. Facade gua berlukisan sepasang naga dengan bola api yang terletak di tas ambang pintu masuk yang sempit.Kelenteng Tho Tee Kong atau Toapekong Tanah atau Ho Tek Tjin Sin yang terletak di belakang pintu gerbang, merupakan yang paling populer. 

Di kalangan masyarakat yang agraris, Dewa Bumi ini sangat dihormati dan selalu dimintai berkahnya. Kelenteng Cap Kauw King, tempat pemujaan Tho Tee Kong pula, berkaitan dengan kelenteng ini. Tidak pula dijumpai serambi seperti pada kelenteng di Pecinan. Tempat pemujaan Kyai Jurumudi dipercaya sebagai makam Wang Jing Hong, wakil Zheng Hoo dalam pelayarannya. 

Bangunan makam merupakan bangunan sederhana beratap pelana. Pintu masuknya terletak di tengah dan di kedua sisinya terdapat jendela bundar. Di bawah kedua jendela bundar terdapat lukisan berwarna yang mengisahkan perjalanan pelayaran Sam Po. 

Anjungan Kyai Jangkar memiliki tiga altar, yaitu altar Hoo Ping, yaitu para pelaut dan pembantu Zheng Ho yang gugur pada saat menunaikan tugasnya; altar Nabi Kong Hu Cu di tengah; dan altar pemujaan mbah Kyai Jangkar di sebelah kanan. Anjungan Kyai Cundrik Bumi merupakan petilasan tempat anak buah Zheng Ho menyimpan segala macam senjata. Sedangkan anjungan Kayi Tumpeng yang terletak di ujung selatan komplek dipercaya sebagai tempat anak buah Zheng Ho bersantap pada masa lalu. Bangunan ini sekarang dipakai untuk bersemedi atau menyepi.

No comments:

Post a Comment